Sabtu, 27 Juni 2009

Ikhlas : Yang Penting isi, Bukan Kemasan...^^

Ikhlas barang kali sudah menjadi satu kata yang akrab di telinga kita. Apalagi, akhir-akhir ini, banyak sekali orang di sekitar saya yang mengungkapkan kata tersebut. Ungkapan 'keikhlasan' sendiri bisa bermacam-macam. Mulai dari yang lengkap berhiaskan nama Allah, sampai yang digandengkan dengan sedikit keterpaksaan.

“Insya Allah, saya ikhlas menerima kenyataan ini.”
“Yaa, mau gimana lagi, handphone hilang, diikhlasin aja deh.”

Namun, apa ungkapan ikhlas yang pertama lebih baik daripada yang kedua? Apakah dengan mengungkapkan ikhlas dalam kata paling mutiara sudah menjamin bahwa hati orang tersebut benar-benar ikhlas?

Ikhlas secara bahasa artinya murni. Sementara secara syariat, ikhlas berarti mentauhidkan Allah dalam ketaatan. Imam Ali jugamengatakan bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikiran agar tiap amal diterima oleh Allah.

Seorang yang ikhlas tidaklah mencari pujian atau merasa ingin dilihat oleh manusia, karena ia yakin bahwasanya ia sedang menyerahkan amalnya kepada Allah semata. Seorang penulis yang tulus tak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan tiap kata yang ditulis benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita Allah-lah yang kuasa memberikan hidayah kepada tiap-tiap orang

Jadi, ungkapan bukanlah penentu keikhlasan kita. Segala manipulasi bibir manusia di baliknya, hanyalah Allah yang Maha Mengetahui. Memang, menginginkan pujian, rindu ucapan terima kasih, dan mau mendapat penghargaan sudah menjadi sifat dasar manusia. Namun, jangan pernah terjebak oleh hal-hal tersebut. Meskipun berusaha ditutupi dengan kemasan yang indah, sungguh Allah Maha Mengetahui.

Orang-orang ikhlas akan menuai ketenangan batin karena ia tidak berada dalam penantian panjang untuk mendapatkan pujian. Jikalau kita sudah merasa ikhlas, tetapi rasanya hati masih gundah gulana, ada baiknya kita kembali menata diri, sudah benarkah terminologi ikhlas yang kita jalani.

Semoga kemasan tak berbeda dengan isi. Semoga ucapan tak berbeda dengan hati.

*Semua yang benar datangnya dari Allah swt, jikalau ada yang salah dari tulisan ini, maka datangnya tentulah dari penulis. Penulis masih awam agama dan mohon koreksi dari teman-teman. Semoga kita semua bisa terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin :)))

special thanks to several inspiring people around me*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar